Perbedaan antara Dakwah Salafiyyah dan Harakiyyah
Perbedaan antara Dakwah Salafiyyah dan Harakiyyah adalah tabligh akbar yang disampaikan oleh Syaikh Dr. Ali Abu Haniyyah Hafidzahullah pada Kamis, 13 Shafar 1447 H / 7 Agustus 2025 M.
Tabligh Akbar Tentang Perbedaan antara Dakwah Salafiyyah dan Harakiyyah
Kebenaran di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala itu satu dan tidak akan berubah hingga kapan pun. Sebaliknya, kebatilan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetap menjadi kebatilan selamanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan satu Al-Qur’an untuk satu Nabi, maka kebenaran di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya satu. Apa yang benar di Indonesia adalah kebenaran di Palestina, dan apa yang batil di sana adalah kebatilan di sini. Yang hak adalah kebenaran di mana pun ia berada, sedangkan kebatilan adalah kebatilan di mana pun ia berada.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah membuat satu garis lurus di hadapan para sahabat, kemudian membuat garis-garis lain yang banyak di sisi kanan dan kiri garis lurus tersebut. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ قَالَ يَزِيدُ مُتَفَرِّقَةٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ
”Ini adalah jalan Allah,” kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda,”Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan mereka itu,”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membacakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Itulah yang Allah wasiatkan kepada kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-An’am [6]: 153)
Perbedaan antara dakwah Salafiyyah dan dakwah-dakwah yang lain seperti perbedaan antara satu garis lurus yang dibuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam —yang sumbernya adalah wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam— dengan garis-garis yang banyak, yang merupakan jalan-jalan setan.
Adapun dakwah-dakwah harakiyyah bersumber dari pemikiran manusia, yang dijadikan seolah-olah sebagai kebenaran, padahal hakikatnya menyimpang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pengertian Dakwah Salafiyyah
Dakwah Salafiyyah adalah jalan hidup seorang muslim dalam menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala, dibangun di atas ketaatan dan peribadatan kepada Rabb-nya. Jalan ini berlandaskan Al-Qur’an al-Karim dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dengan pemahaman salaful ummah, yaitu manusia-manusia terbaik dari umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dakwah Salafiyyah bukanlah dakwah kelompok, bukan partai, dan bukan pemikiran manusia. Dakwah Salafiyyah adalah pedoman hidup yang Allah turunkan kepada hamba-hamba-Nya, berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang dipahami oleh generasi terbaik dari kalangan kaum muslimin, yaitu as-salafush shalih.
Hakikat dakwah Salafiyyah adalah memadukan antara ilmu dan amal, antara petunjuk dan pengamalan. Ia bukan sekadar syiar untuk dibanggakan, bukan hanya klaim yang diucapkan, melainkan karakter seorang muslim yang menggabungkan ilmu bersumber dari tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan pengamalannya.
Salafiyyah itu adalah Islam, dan Islam itu adalah Salafiyah. Sebagaimana perkataan Al-Imam Al-Barbahari Rahimahullahu Ta’ala:
اعْلَمْ أَنَّ السُّنَّةَ هِيَ الْإِسْلَامُ، وَأَنَّ الْإِسْلَامَ هُوَ السُّنَّةُ
“Ketahuilah bahwa sunnah adalah Islam, dan Islam adalah sunnah.”
Dan tidak ada setelah kebenaran kecuali kesesatan.
Adapun asas dakwah harakiyyah tidak dibangun di atas Al-Qur’an dan sunnah, melainkan di atas ra’yu atau pemikiran manusia yang dipandang oleh sebagian manusia, dimana terkadang bertentangan dengan tuntunan Allah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dakwah tersebut sering diklaim sebagai bagian dari Islam dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi dipahami dengan cara yang menyimpang, tidak sesuai dengan yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Mereka menamakan diri dengan nama-nama yang benar untuk melakukan talbis (pembiasan) di tengah kaum muslimin. Misalnya, mereka menyebut diri sebagai Ahlus Sunnah atau menamakan dakwah mereka sebagai dakwah Ahlus Sunnah. Demikian pula orang-orang Sufiyah, Asy’ariyah, Maturidiyah, bahkan Ikhwanul Muslimin yang mengklaim diri sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah, padahal Ahlus Sunnah berlepas diri dari amalan mereka.
Sebagian dari mereka membuat syiar yang menarik untuk mengelabui manusia, seperti mengaku mengadakan perbaikan atau ingin menghilangkan kezaliman. Namun pada hakikatnya, mereka menyimpang dari tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan meskipun mengaku ingin menegakkan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala, kenyataannya mereka jauh dari penerapan syariat itu pada diri dan keluarga mereka sendiri.
Hal ini seperti perkataan orang-orang Khawarij ketika memberontak kepada Ali bin Abi Thalib lalu mengangkat mushaf Al-Qur’an dan berkata: إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ “Tidak ada hukum kecuali milik Allah.” (QS. Yusuf [12]: 40)
Ali Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Kalimat yang mereka ucapkan adalah benar, namun yang mereka inginkan adalah kebatilan.”
Karena itu, jangan terpedaya dengan nama atau syiar tertentu sebelum mengetahui hakikatnya. Wajib membedakan antara yang benar klaimnya dengan yang sekadar slogan tanpa pembuktian.
Perbedaan Dakwah Salafiyyah dan Harakiyyah
Pertama, dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang dibangun di atas wahyu, yaitu tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, berlandaskan Al-Qur’anul Karim dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Adapun dakwah harakiyyah dibangun di atas hawa nafsu, akal manusia semata, tafsiran mimpi-mimpi tertentu, atau kepentingan politik.
Kedua, seorang yang berjalan di atas manhaj salaf tumbuh di bawah bimbingan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dididik dengan pendidikan dari keduanya, serta disibukkan setiap harinya dengan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an dan sunnah.
Sedangkan dakwah harakiyyah mendidik pengikutnya dengan buku-buku yang ditulis oleh para pemimpin jamaah tersebut, bukan dengan Al-Qur’an dan sunnah. Jamaahnya sibuk mempelajari tulisan para tokoh mereka.
Ketiga, seseorang yang berjalan diatas manhaj salaf dididik agar perbaikan dimulai dari pribadi, kemudian keluarga (istri dan anak-anak) lalu masyarakat kaum muslimin. Perbaikan (islah) dalam dakwah Salafiyah dimulai dari individu muslim, kemudian keluarganya, lalu masyarakat.
Adapun dakwah harakiyyah berpandangan bahwa perbaikan umat harus dimulai dari mengganti para pemimpin (hakim), sehingga sering kali melakukan aksi khuruj (keluar dari ketaatan kepada pemerintah kaum muslimin), bahkan tidak jarang mengajak massa untuk memberontak, hingga menumpahkan darah kaum muslimin. Mereka mengabaikan firman Allah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Keempat, dakwah Salafiyyah, ketika menghadapi perbedaan, mengembalikannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu kepada Al-Qur’anul Karim dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
…فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Jika kalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kalian beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [4]: 59)
Adapun dakwah harakiyyah, ketika terjadi perbedaan pendapat, sumber rujukan mereka adalah pendapat para pemimpin kelompok mereka. Mereka sering menampakkan seolah-olah sepakat dalam satu perkara, padahal di dalamnya terdapat banyak perpecahan. Kesepakatan yang mereka tampilkan sering kali hanya demi kepentingan politik, sedangkan hati mereka saling terpecah belah.
Dengan demikian, dakwah Salafiyah mengembalikan setiap perbedaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sementara dakwah harakiyyah mengembalikannya kepada pendapat para pemimpin mereka, bukan kepada Al-Qur’an dan sunnah.
Kelima, di antara perbedaan dakwah Salafiyah dan dakwah harakiyyah adalah bahwa dakwah Salafiyah terjaga dari kesalahan dan ketergelinciran. Hal ini karena dakwah Salafiyah bersumber dari satu sumber, yaitu tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Adapun dakwah harakiyyah, tidak memiliki sifat ‘ishmah (terjaga dari kesalahan), karena sumbernya berasal dari pendapat dan pemikiran manusia yang kemudian dijadikan pedoman oleh para pengikutnya. Pemikiran manusia tidaklah maksum. Berbeda dengan Al-Qur’an dan sunnah, keduanya maksum dan bebas dari kesalahan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Sekiranya Al-Qur’an itu berasal dari selain Allah, niscaya mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya.” (QS. An-Nisa [4]: 82)
Karena Al-Qur’anul Karim datang dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sama sekali tidak ada kontradiksi di dalamnya. Sebaliknya, pemikiran manusia yang menjadi landasan dakwah harakiyyah dipenuhi dengan pertentangan.
Keenam, dakwah Salafiyah sangat mengutamakan tauhid. Dakwah ini mendahulukan dan memperhatikan pengajaran tauhid, mengajarkan manusia tentang kewajiban tersebut, karena tauhid adalah kewajiban pertama bagi seluruh manusia.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai dakwahnya dengan tauhid dan mengakhiri dakwahnya bahkan hidupnya dengan tauhid. Tauhid adalah dakwah para nabi dan rasul, termasuk dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Adapun dakwah harakiyyah, mereka kurang memberikan perhatian terhadap tauhid. Perkara ini sangat tampak dalam aktivitas dakwah mereka.
Bahkan, terkadang mereka berhadapan langsung dengan praktik-praktik kesyirikan, namun tidak tergerak untuk memperbaiki keadaan tersebut. Mereka tidak berupaya mengajarkan tauhid kepada manusia, padahal tauhid adalah perkara yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menjelaskan urgensi tauhid:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul untuk menyerukan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl [16]: 36)
Ketujuh, di antara perbedaan dakwah Salafiyah dan dakwah harakiyyah adalah bahwa dakwah Salafiyah mengajak kaum muslimin untuk mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, meniti jalan beliau, dan memberikan perhatian besar dalam hal ini. Dakwah Salafiyah mengajak kaum muslimin untuk berpegang teguh pada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam rangka mengamalkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ
“Wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin. Gigitlah dengan gigi geraham. Dan jauhilah perkara-perkara baru (dalam agama), karena setiap yang baru adalah bid’ah.” (HR. Abu Dawud)
Dakwah Salafiyah memperingatkan manusia dari bidah dan segala perkara baru dalam agama yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Adapun dakwah harakiyyah, mereka tidak memiliki perhatian besar dalam mengajak manusia kepada sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka juga kurang memperingatkan manusia dari bid’ah. Bahkan, realitanya majelis-majelis dan masjid-masjid mereka sering dipenuhi perkara yang tidak disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kedelapan, di antara perbedaan dakwah Salafiyah dan dakwah harakiyyah adalah bahwa dakwah Salafiyah memiliki perhatian besar terhadap hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka mempelajari dan mengajarkannya dengan penuh kesungguhan. Oleh karena itu, para pengikut manhaj Salafiyah juga dikenal sebagai Ahlul Hadits, karena besarnya perhatian dan semangat mereka dalam mengkaji hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Adapun dakwah harakiyyah, mereka tidak memiliki perhatian besar terhadap hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Fokus mereka lebih banyak diarahkan pada pemikiran-pemikiran manusia selain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semangat mereka dalam mengkaji pemikiran manusia lebih besar daripada semangat mereka dalam mempelajari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Benarlah ucapan sebagian orang: “Pendapat manusia itu bagaikan malam yang gelap, sedangkan hadits Nabi bagaikan siang yang terang benderang.”
Kesembilan, di antara perbedaan dakwah Salafiyah dan dakwah harakiyyah adalah bahwa dakwah Salafiyah berusaha mengajak persatuan kaum muslimin di atas tuntunan Al-Qur’anul Karim dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, meninggalkan semua syiar golongan, dan kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hal ini dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
“Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan janganlah kalian berpecah belah.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)
Adapun dakwah harakiyyah adalah dakwah yang memecah belah persatuan kaum muslimin, mengkotak-kotakkan mereka, dan berusaha menimbulkan perselisihan di tengah umat.
Kesepuluh, di antara perbedaan dakwah Salafiyah dan dakwah harakiyyah yang paling mendasar adalah bahwa dakwah Salafiyah mempertimbangkan antara kemaslahatan dan kemudaratan. Dakwah Salafiyah berusaha memberikan serta menyempurnakan kemaslahatan bagi kaum muslimin, dan berusaha menghilangkan atau meminimalisir kemudaratan di tengah mereka.
Adapun dakwah harakiyyah adalah dakwah yang dibangun tanpa melihat asas maslahat dan mafsadat. Tidak ada pertimbangan terhadap kemaslahatan dan kemudaratan. Apa yang kita saksikan di negeri-negeri kaum muslimin—termasuk di Gaza, Palestina—merupakan akibat dari sebagian kaum muslimin yang bertindak tanpa mempertimbangkan maslahat dan mafsadat.
Kesebelas, di antara perbedaan mendasar antara dakwah Salafiyah dan dakwah harakiyyah adalah bahwa dakwah Salafiyah mengajak kaum muslimin untuk berjalan di atas ilmu syar’i, bersemangat menuntut ilmu, agar seorang muslim beribadah kepada Allah di atas basirah, yaitu di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dakwah Salafiyah mengajak kepada tata cara shalat, zakat, puasa, dan haji yang benar, sehingga seorang muslim dalam ibadahnya berada di atas basirah. Salah satu asas dakwah Salafiyah adalah mengajak manusia kepada ilmu dan memotivasi mereka menghadiri majelis-majelis ilmu, karena setiap muslim diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan pedoman ilmu.
Adapun dakwah harakiyyah berfokus pada pengajaran pemikiran para pembesar mereka dan mengarahkan pengikutnya kepada hal-hal yang terkait dengan kelompok, tanpa mengajak kepada ilmu syar’i atau ibadah yang benar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Manusia hanya digiring untuk memahami pokok-pokok pemikiran kelompok atau tokoh mereka.
Kedua belas, dakwah Salafiyah mengajak kaum muslimin membangun loyalitas di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, membangun cinta dan benci semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena fanatisme golongan, tokoh tertentu, atau kelompok tertentu. Wala’ dan bara’ dibangun hanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam rangka mengamalkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
أَوْثَقُ عُرَى الإِيمَانِ الحُبُّ فِي اللَّهِ وَالبُغْضُ فِي اللَّهِ
“Sekuatan tali keimanan yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ahmad)
Adapun dakwah harakiyyah, wala’ dan bara’ mereka dibangun di atas pemikiran tertentu, loyalitas kepada tokoh, negeri, atau pemikiran dan ideologi yang menyimpang dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Kecintaan dan kebencian mereka tidak dibangun di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketiga belas, di antara perbedaan dakwah Salafiyah dan dakwah harakiyyah adalah bahwa dalam menyikapi masalah-masalah kontemporer (nawazil) yang berkaitan dengan kemaslahatan kaum muslimin, dakwah Salafiyah merujuk kepada para ulama rabbaniyyin yang kokoh dalam keilmuan, untuk menilai maslahat dan mafsadat. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ
“Apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Padahal, jika mereka menyerahkannya kepada Rasul dan kepada ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya dapat mengetahuinya dari mereka.” (QS. An-Nisa [4]: 83)
Adapun dakwah harakiyyah, dalam perkara besar mereka lebih memilih merujuk kepada pemimpin partai, tokoh kelompok, pengamat politik, bahkan penyiar berita, tanpa mengembalikan urusan tersebut kepada para ulama.
Keempat belas, dakwah Salafiyah berusaha menegakkan amar makruf dan nahi munkar, memerintahkan manusia kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran. Hal ini merupakan sifat umat Rasulullah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ…
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imran [3]: 110)
Dakwah Salafiyah mengajak kepada kebaikan meskipun kepada orang yang paling dekat, dan mengingkari kemungkaran meskipun terhadap kerabat sendiri. Prinsip amar makruf dan nahi munkar ditegakkan kepada siapa pun tanpa pandang bulu.
Adapun dakwah harakiyyah, tidak dibangun di atas prinsip amar makruf dan nahi munkar, tetapi sering berdasarkan kesepakatan bersama atau pertimbangan maslahat kelompok. Sebagaimana ucapan Hasan Al-Banna, “Kita saling tolong-menolong dalam perkara yang kita sepakati, dan kita saling memberi uzur dalam hal-hal yang tidak kita sepakati,” tanpa ada usaha sungguh-sungguh untuk menegakkan amar makruf dan nahi munkar.
Kelima belas, dakwah Salafiyah menjadikan hawa nafsu tunduk kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka tidak mendahulukan sesuatu apa pun di atas perintah Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dilakukan dalam rangka mengamalkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari)
Seorang muslim wajib mendahulukan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya di atas ketaatan kepada siapa pun.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Dengarkan dan Download Kajian Tabligh Akbar Tentang Perbedaan antara Dakwah Salafiyyah dan Harakiyyah
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link download tabligh akbar ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55422-perbedaan-antara-dakwah-salafiyyah-dan-harakiyyah/